Kamis, 21 Mei 2009

Departemen Kesehatan Kaji Vaksin Imunisasi

Departemen Kesehatan akan meninjau vaksin yang digunakan untuk imunisasi balita, karena ternyata tidak semua vaksin berguna.

"Kami dari Departemen Kesehatan ingin meninjau kembali," ujar Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di kantornya, Jumat (20/3).

Menurut Menteri, kajian akan diarahkan sampai sejauh mana bukti nyata pengaruh vaksin imunisasi pada balita.

Vaksin yang beredar pada masyarakat perkotaan, menurut Fadilah, mencapai 11 macam. Padahal, hanya ada empat vaksin yang wajib, yakni BCG (tuberculosis), DPT (Tetanus), Campak, dan Polio.

Siti Fadilah menyayangkan ketidaktahuan orang tua membuat anak dengan mudah dicekoki banyak vaksin. "Biasanya bayi dibawa ke dokter anak, dan dokter menyarankan ini dan itu," imbuhnya.

Ia mencontohkan vaksin hepatitis B yang diberikan pada bayi berusia satu bulan. Di Indonesia pemberian vaksin hepatitis B sudah berjalan selama 2 tahun. Alasannya, kata Fadilah, takut terjadi penularan dari ibu ke anak.

Dengan jumlah ibu penderita hepatitis yang sedikit, kata Menteri, muskil vaksin ini berpengaruh banyak. Lagi pula, tambahnya, imunologi bayi satu bulan belum perlu hepatitis B.

Pemberian vaksin, ujar Fadillah, mungkin tidak berbahaya. "Tetapi apakah harus, itu yang perlu dikaji," tegasnya.


Tanggapan saya:
Berita yang dimuat tempointerktif.com pada 20 Maret 2009 ini memang seharusnya ditindaklanjuti segera oleh Depkes RI. Seperti disebutkan ibu menteri kalau imunisasi Hepatitis B (bisa jadi) tidak berguna, padahal Arina saat ini sudah diimunisasi Hepatitis B komplit 4 kali yang dimulai sejak ia berumur 2 hari dan diulang setiap bulan berikutnya. Sebagai orang awam, tindak lanjut tentang pemberian vaksin ini perlu kejelasan segera agar tidak menimbulkan kekhawatiran.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Featured