Rabu, 27 Mei 2009

ASI, Terbaik untuk Bayi

Angka kematian bayi yang cukup tinggi di dunia sebenarnya dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu. Meski penyebab langsung kematian bayi umumnya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan akut, diare, dan campak, tetapi penyebab yang mendasari pada 54 persen kematian bayi adalah gizi kurang.Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan ada 170 juta anak mengalami gizi kurang di seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak di antaranya meninggal tiap tahun akibat kurang gizi.

Di Indonesia, angka kematian bayi saat ini 35 per 1.000 kelahiran hidup. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat tak kurang dari 10 bayi dan 20 anak balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia.

Karena itu, WHO merekomendasikan, semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan
untuk menjamin kecukupan gizi bayi.

Penyebab kurang gizi, menurut Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan (Depkes) Ina Hernawati, adalah pola pemberian makan yang salah pada bayi, yaitu pemberian makanan pendamping ASI terlalu cepat (kurang dari usia 6 bulan) atau terlalu lambat (lebih dari usia 6 bulan).

“Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu cepat berisiko mengganggu kualitas, kuantitas, maupun keamanan makanan bayi,” ujar Ina.

Ketua Kelompok Kerja ASI IDAI Prof Rulina Suradi menegaskan, ASI satu-satunya makanan utama bayi sesuai dengan spesiesnya. Ia mencontohkan, 50 persen susu ikan paus terdiri dari lemak untuk menjamin kebutuhan energi karena tinggal di air dingin. Susu kelinci mengandung protein sangat tinggi karena bayi kelinci hanya menyusu sekali sehari. Hal itu berbeda dengan bayi manusia yang menyusu setiap saat sehingga proteinnya hanya 19 persen.

Manfaat ASI
Selain zat gizi dalam jumlah seimbang dan antibodi, air susu ibu (ASI) mengandung enzim pencernaan, seperti lipase, amilase, protease, dan laktase, untuk membantu pencernaan. Karena sistem pencernaan bayi baru sempurna pada bulan kelima dan keenam, dianjurkan pemberian ASI eksklusif bagi bayi.

“Ibu tidak perlu khawatir bayi akan kelaparan pada hari-hari pertama dan tidak perlu menambah dengan susu formula. Pemberian susu formula justru berisiko masuknya kuman atau terjadinya alergi,” kata Rulina.

Meski banyak susu formula diklaim setara ASI dengan tambahan pelbagai zat gizi, seperti taurin, nukleotida, DHA, dan DHAA, tetapi zat kekebalan tubuh, seperti immunoglobulin, pada ASI tidak tergantikan. Selain tidak menyebabkan alergi, ASI juga mempererat ikatan ibu dan anak.

Adapun manfaat bagi ibu, hormon oksitosin yang keluar saat ibu menyusui selain merangsang otot polos di saluran ASI juga merangsang otot polos di rahim sehingga mengurangi perdarahan pascakelahiran serta mempercepat pemulihan rahim.

Prolaktin yang keluar selama menyusui menekan ovulasi sel telur sehingga menjadi kontrasepsi efektif. Ibu yang menyusui cepat kembali ke berat badan semula karena lemak yang ditumpuk di bawah kulit selama hamil digunakan untuk membentuk ASI. Ibu menyusui juga memiliki risiko lebih kecil terkena kanker payudara dan kanker rahim dibandingkan dengan ibu tidak menyusui.

Ina menambahkan, begitu bayi mengisap kolostrum (ASI pertama) setelah dilahirkan, produksi susu akan terangsang sehingga keluar pada hari ketiga dan seterusnya.

Terkait manfaat ASI, tema Pekan ASI 2007 yang berlangsung 1-7 Agustus adalah “Breastfeeding: the 1st hour early initiation can save one million babies” atau “Menyusui pada 1 jam pertama menyelamatkan lebih dari satu juta bayi”.

Peraturan
Sebagai perwujudan komitmen terhadap Deklarasi Innocenti, kata Ina, Depkes mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi. Deklarasi Innocenti disusun dan diadopsi peserta pertemuan WHO/Unicef tentang Breastfeeding in the 1990s: A Global Initiative yang berlangsung di Florence, Italia, 30 Juli-1 Agustus 1990.

Peraturan itu adalah Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No 450/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.

Selain itu, ada Undang-Undang No 7/1997 tentang Pangan serta Peraturan Pemerintah No 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Saat ini Depkes sedang menyusun Strategi Nasional Pemberian Makanan bagi Anak.

Dalam Kepmenkes No 237/ 1997 antara lain diatur bahwa sarana pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau sumbangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang promosi susu formula. Pelanggar bisa dikenai sanksi teguran sampai pencabutan izin.

Untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, Depkes melakukan pelatihan bagi pelatih (TOT) tim konseling menyusui di rumah sakit rujukan. Tim akan terdiri dari dokter obstetri ginekologi, dokter anak, dan bidan. Di tingkat kabupaten/kota anggota tim ditambah dengan ahli gizi.

Menurut Direktur Pelayanan Medik Spesialistik Depkes Ratna Rosita, Depkes sedang menyusun draf PP tentang Peningkatan Kesehatan Anak melalui Pemberian Air Susu Ibu untuk meningkatkan kekuatan hukum kepmenkes terkait pemberian ASI dan pengaturan pemasaran susu formula.

Pihaknya melakukan revitalisasi rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB), yaitu rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum maupun khusus, yang melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.

Langkah itu, antara lain, kebijakan tertulis tentang manajemen pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pemberian ASI eksklusif, memberikan pelayanan nifas, rawat gabung dan neonatus memadai termasuk inisiasi dini, menyelenggarakan pelayanan asuhan antenatal, pertolongan persalinan aman sesuai standar, pelayanan KB dan imunisasi.
“Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi serta kabupaten/kota,” ujar Ratna.

Tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit (RS) melaksanakan program RSSIB dan sampai Juli 2007 ada 19 RS melaksanakan kebijakan ASI eksklusif. Depkes telah mengirim surat edaran agar seluruh RS melaksanakan inisiasi dini, yaitu pemberian ASI dalam 60 menit setelah kelahiran.

Harni Koesno, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), menyatakan, organisasinya memiliki standardisasi pelayanan dalam menolong persalinan, yaitu pelaksanaan inisiasi dini dan ASI eksklusif 6 bulan.

Di tempat praktik bidan tidak boleh ada promosi, gambar penyuluhan, maupun kaleng susu formula. Harni mengakui, tidak tertutup kemungkinan ada pelanggaran di lapangan. Jika ketahuan, bidan tidak lulus menjadi Bidan Delima—status profesionalisme bidan pada praktik swasta.

IBI mengatur agar anggota tidak mempromosikan susu formula (untuk usia kurang atau sama dengan 6 bulan), tetapi boleh untuk susu formula lanjutan (usia lebih dari 6 bulan). Bidan juga boleh memberi ruang bagi promosi susu untuk ibu hamil dan menyusui. Pengawasan dan evaluasi bidan dilakukan di 170 cabang mencakup lebih dari 6.000 bidan. Kegiatan itu dilakukan tiap tiga bulan.

Terkait pemberian sponsor oleh produsen susu formula, Harni maupun Rulina menyatakan, hal itu merupakan dilema. “Organisasi memerlukan dana untuk kegiatan. Karena itu, pemberian sponsor dibatasi hanya untuk kegiatan pendidikan bagi tenaga kesehatan, bukan untuk penyuluhan kepada masyarakat awam,” tutur Rulina.

Saat ini pelbagai peraturan telah diterbitkan pemerintah dan organisasi profesi terkait. Di lapangan, pelanggaran tetap bisa terjadi. Menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjamin agar bayi, anak-anak kita, dan generasi muda memperoleh yang terbaik untuk memulai kehidupannya, termasuk mendapatkan ASI.

Sumber: Kompas
Penulis: Atika Walujani Moedjiono
diambil dari: Kompas Cyber Media, 4 Agustus 2007
Baca Selengkapnya..

Senin, 25 Mei 2009

Minuman Soda Rentan Kikis Gigi


Republika Newsroom
- Gigi masyarakat modern kini semakin cepat rapuh, penyebabnya dicurigai akibat asupan asam yang disebabkan oleh manusia sendiri. Demikian diungkap para ahli gigi.

Gigi terkikis yaitu kondisi semakin berkurangnya enamel yang melindungi gigi. Dilaporkan semakin banyak terjadi di Amerika Serikat. Kondisi itu tampak lantaran enamel terserang oleh banyaknya kandungan asam dalam mulut menyebabkan gigi sensitif, retak dan hitam.

Pengikisan merupakan proses kimia menuju hancurnya gigi, jangan disamakan dengan abrasion, yaitu proses mekanis dari pengrusakan gigi," ujar juru bicara dari Academu of General Dentistry dan dokter gigi, Dr Melvin Pierson.

Sebuah studi, sebagai contoh, menemukan pengikisan gigi terjadi sekitar 30% dari sebuah kelompik yang terdiri dari 900 anak sekolah menengah dari berbagai kota di AS.

Pierson mengatakan, hasil yang dipublikasikan pada Dental Tribune tahun 2008 lalu, mengonfirmasi mengenai kecurigaan dari para dokter gigi. Dalam sebuah survey yang dilakukan sebelum penelitian, lebih dari setengah dokter gigi yang diwawancari mengatakan kasus pengikisan gigi semakin meningkat.
Mengapa hal itu terjadi? Para ahli menyalahkan kebiasaan orang minum dan cara mereka meminumnya. Jenis minuman ringan yang bersoda, minuman olahraga, jus buah dan teh memiliki kandungan asam yang tinggi.
"Ketika kita berbicara mengenai pengikisan, sangat jelas hal itu disebabkan oleh kandungan asam yang tinggi," tegasnya.

Dia menambahkan, terutama pada minuman ringan jenis kola yang kandungan utamanya adalah phosporic acid. Menurut Hewlett, asam jenis itu merupakan jenis yang digunakan para dokter gigi untuk memperhalus enamel gigi sebelum dilakukan penambalan. "Kami menggunakannya seperti amplas," ujarnya.
Kandungan Gula
Tingginya kandungan gula pada sebagian besar minuman juga memiliki pengaruh yang tidak sedikit. Ketika bakteri plak pada gigi menyerap gula yang berasal dari makanan atau minuman, maka bakter itu akan mengubahnya menjadi asam yang kemudian mengikis enamel.

"Jika Anda mengonsumsi makanan manis, asam dari plak akan meningkat tajam," terangnya.

Orang-orang seringkali membuat situasi semakin buruk dengan mencampur jus buah dengan minuman ringan bersoda. Membiarkan minuman tersebut di mulut dalam jangka waktu lama untuk menikmatinya, justru dapat meningkatkan daya jangkau asam dan gula.

"Anda dapat memicu semakin tingginya kerusakan ketika Anda minum dalam jumlah besar serta menahannya dalam mulut untuk merasakan sensasi rasanya," terang Pierson.
Satu hal lagi yang dapat berpengaruh terhadap pengikisan gigi yaitu obat-obatan yang dikonsumsi. Misalnya, obat jenis aspirin. Selain itu juga, kondisi penyakit kelebihan asam lambung dalam perut atau kelainan pola makan antara lain muntah berlebihan yang dapat membuat adanya kontak gigi dengan asam lambung.
Sedikit Fluoride

Pierson juga percaya, pengikisan gigi disebabkan semakin sedikitnya fluoride yang diperoleh. Semakin banyak orang yang mengonsumsi minuman dalam kemasan yang diberi rasa, yang kemungkinan tidak mengandung fluoride.

"Fluoride membantu menguatkan enamel. Pengikisan merupakan serangan terhadap enamel. Sebaiknya Anda memiliki pertahanan untuk melindungi enamel pada gigi Anda," terang Hewlett.

Dia merekomendasikan, orang untuk mengonsumsi air yang disediakan untuk publik serta menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Cara lain untuk membantu pengikisan pada gigi adalah menyikat gigi sektiar setengah jam setelah meminum air bersoda atau jus. Jika Anda segera menyikatnya, justru akan meningkatkan risiko cedera dengan menyikat enamel yang sudah lemah lantaran serangan asam.
"Anda menghilangkan lapisan mikroskopis dari enamel yang mungkin saja melengkapi kembali dengan bantuan mineral dari air liur Anda," terangnya.

Air liur ternyata membantu melindungi gigi dari tindakan kurang menguntungkan dengan mengembalikan kondisi PH seimbang dalam mulut dan mengembalikan kandungan mineral yang terhapus oleh makanan asam.

"Terdapat suatu keseimbangan dalam mulut dan air liur merupakan garis pertahanan pertama. Jika seseorang memiliki aliran air liur yang baik, maka hal itu dapat membantu memperbaiki kerusakan gigi," terang Hewlett.
Jika seseorang merasa khawatir dengan pengikisan gigi, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter gigi pada konsultasi rutin yang seharusnya dilakukan dua kali dalam satu tahun.

"Saat itu merupakan waktu yang tepat untuk mendapat pengetahuan dari dokter gigi Anda. Mereka akan memeriksa mulut Anda dan mengajukan pertanyaan berdasarkan temuan mereka untuk mengatasi masalah tertentu yang Anda alami," jelasnya. (healthday/rin)

Baca Selengkapnya..

Sabtu, 23 Mei 2009

ASI dan Bantal Mimik

Ada kebiasaan unik antara Arvy dan Arina saat meminta hak minum ASI kepada bundanya. Jika keinginan minum ASI sudah muncul, biasanya Arvy merengek dan menyusu bundanya di atas bantal mimiknya. Bantal mimiknya ini tidak boleh diganti dengan bantal yang lain. Ia akan mencari-cari bantal mimiknya dan jika perlu menyeretnya ke pangkuan bunda. Bantal mimik ini (ditambah guling) juga menjadi perlengkapan wajib tidurnya. Ia akan marah jika tidak menyusu dan tidur di atas bantal mimik ini. Bantal mimik sudah jadi properti Arvy yang nggak bisa diganggu gugat. Bahkan jika liburan ke rumah eyangnya, bantal mimik harus ikut serta. Kudu, wajib. Andai Arvy sudah mengerti soal sertifikat, mungkin bantal mimik akan dibuatkan sertifikat kepemilikannya.

Sekarang, setelah berusia hampir 6 tahun dan bulan Juli mendatang akan jadi murid kelas 1 SD kebiasaan unik ini masih terjadi, meski tidak seketat dulu. Bantal mimik kini sudah nggak berbentuk lagi. Kapasnya banyak berkurang. Jadi hampir-hampir tidak terasa tidur beralaskan bantal, saking tipisnya. Begitu juga si guling, sudah gak bisa dibilang lagi memeluk guling, saking lembeknya.

Arina punya kebiasaan yang berbeda dengan kakaknya. Dia tidak fanatik dengan bantal tertentu. Yang unik cara dia meminta haknya. Dengan nada merengek khas bayi, dia akan mengulang-ulang kata “mimik” dengan intonasi nada rendah di awal dan naik setengah oktaf di akhir, trus tempo yang agak cepat, setengah ketukan. (Silahkan bayangkan sendiri) Lalu dia akan mengambil posisi tidur sambil terus merengek, “mimik mimik mimik”.

Jika dulu Arvy lebih banyak disusui dalam posisi bundanya duduk, sementara Arina hampir selalu dalam posisi bundanya tiduran. Soal posisi menyusui ini ternyata ada banyak cara. Ada posisi berdiri, duduk dan berbaring. Salah satu atau semuanya bisa dipilih tergantung kenyamanan ibu dan bayinya.
Baca Selengkapnya..

Jalan KAKI Pilihan Terbaik

Kompas Cyber Media - Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah, dan memiliki risiko cedera lebih kecil, jalan kaki sangat memenuhi prinsip CRIPE (Continuous, Rhythmic, Interval, Progressive, Endurance).

Menurut pakar kesehatan olarhaga, Dr. Sadoso Sumosardjuno, Sp.KO, jalan kaki bermanfaat untuk jantung, otot dan persendian, tulang, metabolisme, bobot badan, serta pikiran.

Beberapa manfaat jalan kaki :

* Menguatkan jantung dengan meningkatkan efisiensinya. Jalan kaki yang dilakukan secara teratur seumur hidup akan menurunkan risiko serangan jantung dan penyakit pembuluh koroner.
* Menguatkan otot-otot, ligamen, tendon, tulang rawan. Khusus pada wanita muda, jalan kaki dapat memperlambat terjadinya osteoporosis (keropos tulang).
* Memperbaiki sistem pengaturan gula darah dalam tubuh. Banyak pasien diabetes melitus yang berkurang kebutuhan insulinnya karena rutin melakukan jalan kaki.
* Ideal untuk menjaga berat badan karena dapat meningkatkan penggunaan kalori, mengendalikan nafsu makan, dan membakar lemak. Yang tak kalah penting, jalan kaki dapat meningkatkan citra diri serta mengurangi depresi dan kecemasan.
* Dibanding joging, pembebanan olahraga jalan kaki pada tubuh lebih kecil. Ketika joging, kedua kaki terangkat dari tanah pada setiap langkah. Ini dapat memaksa badan kita menyerap benturan dengan kekuatan 3-4,5 kali bobot badan. Sebaliknya, saat jalan kaki, salah satu kaki selalu di tanah, dan ketika kaki mendarat benturannya kurang lebih 1,25 kali bobot badan. Jadi, risiko cedera pada jalan kaki lebih kecil. Memang jalan kaki memberikan hasil lebih lambat daripada joging. Demi mendapat manfaat yang sama dengan joging, lakukan jalan kaki lebih lama.

Latihan yang baik :

* Takaran latihan yang tepat, selain mencegah cedera, juga akan meningkatkan daya tahan (endurance) jantung dan peredaran darah.
* Frekuensi yang baik untuk jalan kaki, paling sedikit tiga kali seminggu (pada hari-hari yang tidak berurutan). Lebih baik lagi bila dilakukan 4-5 kali per minggu.
* Intensitas latihan harus cukup. Intensitas adalah kecepatan berjalan kaki untuk mencapai zona latihan, sehingga denyut nadi mencapai 60-80 persen denyut nadi maksimum (220 dikurangi umur). Rata-rata kecepatan yang diperlukan lebih dari 6 km per jam. Kebanyakan orang melakukan jalan kaki dengan kecepatan kurang dari 4 km per jam. Untuk mendapatkan manfaat aerobik, intensitas itu semestinya dipercepat.
* Latihan sebaiknya dilakukan sedikitnya selama 20 menit dalam zona latihan. Makin lama melakukannya, akan lebih baik hasilnya.
* Supaya aman, sebaiknya memulai latihan dengan pemanasan, dilanjutkan latihan inti, dan akhiri dengan pendinginan (cooling down).
* Pemanasan dapat dilakukan dengan jalan pelan-pelan selama 3-5 menit. Cara ini akan melonggarkan kekakuan tubuh dengan meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan denyut jantung secara bertahap, dan mengurangi hambatan-hambatan pada jantung. Menit-menit awal jalan kaki juga untuk memberi waktu melakukan persiapan mental.
* Selanjutnya lakukan peregangan ringan selama beberapa menit. Lakukan secara perlahan-lahan, tanpa memantul-mantul. Peregangan lebih efektif bila otot-otot telah panas. Selama peregangan, bernapaslah secara teratur. Peregangan dilakukan sampai otot terasa tertarik, tapi tidak sampai sakit. Bila terasa kurang enak, peregangan dapat segera dihentikan.
* Usai peregangan, lakukan latihan inti, yakni jalan kaki dengan kecepatan zona latihan.

Akhiri latihan dengan pendinginan. Caranya, jalan perlahan-lahan dan melakukan peregangan seperti sebelum latihan inti sekitar 10 menit. Pendinginan membantu untuk mencegah darah tidak mengumpul di kaki, menghindari pusing dan ritme jantung yang abnormal. Juga untuk menjaga otot-otot agar tidak kaku dan sakit.@ ken

Baca Selengkapnya..

Kamis, 21 Mei 2009

Departemen Kesehatan Kaji Vaksin Imunisasi

Departemen Kesehatan akan meninjau vaksin yang digunakan untuk imunisasi balita, karena ternyata tidak semua vaksin berguna.

"Kami dari Departemen Kesehatan ingin meninjau kembali," ujar Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di kantornya, Jumat (20/3).

Menurut Menteri, kajian akan diarahkan sampai sejauh mana bukti nyata pengaruh vaksin imunisasi pada balita.

Vaksin yang beredar pada masyarakat perkotaan, menurut Fadilah, mencapai 11 macam. Padahal, hanya ada empat vaksin yang wajib, yakni BCG (tuberculosis), DPT (Tetanus), Campak, dan Polio.

Siti Fadilah menyayangkan ketidaktahuan orang tua membuat anak dengan mudah dicekoki banyak vaksin. "Biasanya bayi dibawa ke dokter anak, dan dokter menyarankan ini dan itu," imbuhnya.

Ia mencontohkan vaksin hepatitis B yang diberikan pada bayi berusia satu bulan. Di Indonesia pemberian vaksin hepatitis B sudah berjalan selama 2 tahun. Alasannya, kata Fadilah, takut terjadi penularan dari ibu ke anak.

Dengan jumlah ibu penderita hepatitis yang sedikit, kata Menteri, muskil vaksin ini berpengaruh banyak. Lagi pula, tambahnya, imunologi bayi satu bulan belum perlu hepatitis B.

Pemberian vaksin, ujar Fadillah, mungkin tidak berbahaya. "Tetapi apakah harus, itu yang perlu dikaji," tegasnya.


Tanggapan saya:
Berita yang dimuat tempointerktif.com pada 20 Maret 2009 ini memang seharusnya ditindaklanjuti segera oleh Depkes RI. Seperti disebutkan ibu menteri kalau imunisasi Hepatitis B (bisa jadi) tidak berguna, padahal Arina saat ini sudah diimunisasi Hepatitis B komplit 4 kali yang dimulai sejak ia berumur 2 hari dan diulang setiap bulan berikutnya. Sebagai orang awam, tindak lanjut tentang pemberian vaksin ini perlu kejelasan segera agar tidak menimbulkan kekhawatiran.
Baca Selengkapnya..

Rabu, 20 Mei 2009

Telapak Tangan Bukan Termometer !

Kompas Cyber Media - Menempelkan telapak tangan ke dahi di Buyung atau si Upik bukan cara tepat untuk menggolongkan suhu badannya panas, normal, atau dingin.

Naiknya suhu tubuh bukan serta merta petunjuk ia harus diminumi obat turun panas. Dr. Paul Zakaria daGomez, ahli imunologi, menguraikan duduk persoalannya, termasuk kapan obat turun panas diperlukan.

Setiap hari televisi menyuguhkan pelbagai macam iklan obat penurun panas. Semuanya mengklaim serba cespleng! Orang tua mana yang tidak cemas kalau anaknya menderita panas? Nomor satu pasti buru-buru mencari obat penurun panas, entah dari lemari obatnya sendiri, beli di warung, atau minta tetangga.

Setiap kali anak kita tidak enak badan, pasti gerakan refleks kita langsung menempelkan tangan ke dahi atau lehernya. Tapi telapak tangan sebagai alat pengukur panas sebenarnya bersifat sangat subyektif. Artinya, ia tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan apakah suhu seseorang panas, normal, atau dingin.

Seseorang dengan metabolisme tubuh rendah atau menderita anemia di mana suhu tangannya lebih dingin, akan lebih peka bila meraba seseorang yang suhu tubuhnya tinggi dibandingkan dengan mereka yang metabolisme tubuhnya normal dan suhu tangannya lebih hangat. Karena tingkat metabolisme dan mekanisme sirkulasi darah tiap individu bervariasi, sudah tentu mengukur suhu badan seseorang dengan punggung telapak tangan tidaklah tepat.

Karena itu setiap keluarga hendaknya menyediakan termometer air raksa yang harganya relatif murah. Alat pengukur panas ini lebih bisa diandalkan. Dalam keadaan sangat mendesak data tersebut bahkan bisa langsung dikonsultasikan ke dokter lewat telepon.

Mekanisme kekebalan

* Suhu rata-rata tubuh normal dan sehat seseorang menurut beberapa peneliti barat seperti Becquerel dan Berscher (1835) dan Wunderlich (1868), adalah 37 derajat C.

Suhu tubuh normal seseorang sesungguhnya bervariasi tergantung pada waktu pengukuran (pagi, siang atau malam), tempat pengukuran (dalam rongga mulut, di ketiak, atau dalam dubur), faktor usia serta tingkat metabolisme (sebelum atau sesudah makan, sebelum atau setelah melakukan aktivitas fisik). Pengukuran suhu dengan termometer lewat rongga mulut atau dubur akan lebih tepat daripada lewat ketiak.

Suhu tubuh paling rendah pada pagi hari (pukul 5.00 - 6.00) dan paling tinggi senja hingga malam hari. Perbedaan antara suhu terendah dan tertinggi bervariasi, sekitar 0,3 C-1,5 C. Semula perbedaan itu diduga hanya karena perbedaan cuaca, suhu serta kelembapan saja, ternyata juga karena faktor irama diurnal (saat tidur dan melek) yang berkembang sejak usia 1 - 2 tahun dan berlangsung terus seumur hidup.

Suhu tubuh rata-rata orang dewasa di bawah 37 C. Seorang peneliti, Horvath SM dkk. pernah meneliti 54 orang dewasa muda (usia 23 tahun) selama beberapa bulan dengan kesimpulan, nilai rata-rata suhu rongga mulut pada pagi hari 36,5 C dan malam hari 36,8 C.

Peneliti lain, Dinarello dan Wolff dari Inggris melaporkan, hasil penelitian pada sembilan orang dewasa mudah (22 tahun), dalam seharinya rata-rata suhu badan mereka 36,6 C dengan nilai terendah 36,4 C dan tertinggi 36,8 C. Suhu rata-rata rongga mulut orang tua lebih rendah daripada orang muda, tetapi suhu duburnya sama.

Padahal suhu anus biasanya lebih tinggi daripada suhu rongga mulut. Perbedaan ini sangat bervariasi. Pada orang muda, suhu lubang keluaran itu rata-rata 0,56 C lebih tinggi daripada suhu rongga mulut.

Pada anak usia kurang dari 12 tahun, suhu tubuh waktu malam hari sering lebih tinggi, rata-rata 37,4 C. Sebagai pedoman kasar, suhu tubuh anak yang tidak melebihi 38 C (antara 36 C - 38 C) tidak perlu dirisaukan karena belum merupakan indikasi untuk diberi obat penurun panas. Karena sebenarnya suhu yang agak panas malah diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai salah satu mekanisme untuk mempertahankan tubuh dari serangan infeksi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh.

Hal ini pernah dikemukakan oleh seorang ahli imunologi - infeksi dari Belanda, van den Meer. Kemudian, ia mengingatkan hendaknya pemakaian obat penurun panas terlalu dini berarti tidak memberikan kesempatan pada tubuh untuk melaksanakan fungsi mekanisme pertahanan tubuh (kekebalan). Kalau jamur yang sedang tumbuh (misalnya pada oncom dan tempe) menghasilkan panas dan membutuhkan kalori, demikian pula manusia. Tumbuh kembang anak lebih pesat daripada orang dewasa sehingga secara otomatis menghasilkan panas lebih banyak pula.

Menurunkan panas tanpa obat

* Untuk mengatasi demam, lebih baik mengusahakan dulu dengan menyeka seluruh permukaan tubuh beberapa kali (terutama sewaktu suhu tubuh meningkat) dengan handuk kecil dibasahi air hangat.

Tindakan ini akan melancarkan sirkulasi darah dan membuka pori-pori kulit sehingga memberikan kesempatan panas keluar dari tubuh ke lingkungan sekitarnya. Ruang ventilasi yang baik di mana udara berlangsung secara teratur atau kamar ber- AC, sangat dianjurkan untuk merawat penderita demam.

Pakaian yang sudah basah karena keringat hendaknya segera diganti dengan yang kering. Sebaiknya dari katun yang lebih mengisap keringat, bukan yang sintetis. Bila usaha ini tidak berhasil dan suhu badan mencapai 38 C, barulah penderita diberi obat penurun panas (anti- piretika). Dosis obat penurun panas jenis asetaminofen, yang umum dijual di warung atau apotek seperti Tempra, Panadol, Parasetamol, dll adalah 10 mg/kg berat badan/hari dibagi 3 dosis (diminum 3 kali sehari).

Bila sudah diberi obat penurun panas dua kali tetapi suhu badan tetap belum turun juga, berkonsultasilah ke dokter. Mungkin demam yang diderita bisa karena infeksi bakteri yang agak berat yang tidak bisa mengandalkan mekanisme kekebalan tubuh atau obat penurun panas saja, tapi memerlukan obat antibiotika. Biarlah dokter yang menentukan pemilihan obatnya. (intisari)

Baca Selengkapnya..

Awas, Menggigiti KUKU Merusak IQ ... !

Entah mengapa, masih banyak orang melanjutkan kebiasaan menggigiti kuku tangannya hingga dewasa.

Padahal, menurut penelitian, kebiasaan buruk menggigiti kuku jari, bisa merusak inteligensi atau kemampuan intelektual anak-anak.

Para peneliti Rusia menyatakan anak-anak yang rajin mengunyah kuku tangannya, berisiko besar mengalami keracunan timah.

Mengapa bisa terjadi ? Timah dengan mudah menumpuk di bawah kuku, ketika anak-anak bermain di tempat berdebu, baik itu di dalam rumah maupun di luar rumah.

Telah lama diketahui, paparan timah pada tubuh manusia punya kontribusi besar terhadap problem perkembangan anak-anak. Penelitian yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan timah bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf.

Timah, dengan gampang ditemui di dalam tanah dan debu. Kadang-kadang bisa dijumpai pula pada buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan baik.

Itulah mengapa di dalam tubuh anak-anak sering dijumpai bahan-bahan kimia dalam kadar cukup tinggi.

Selain anak-anak yang suka menggigiti kuku, kaum lelaki yang bekerja sebagai tukang patri, tukang ledeng, tukang cat, dan bekerja di lingkungan percetakan, berisiko pula terpapar timah di tempat kerjanya.

Para peneliti dari Ural Regional Center for Enviromental Epidemiology, Ekaterinburg melakukan penelitian terhadap anak-anak yang tinggal di beberapa kota di wilayah Ural. Mereka menemukan 2 dari 3 anak-anak di tempat tersebut memiliki kadar timah cukup tinggi dalam tubuhnya.

Tinggi rendahnya kadar timah bervariasi, tergantung apakah anak-anak itu tinggal di rumah yang terletak di pinggir jalan besar dan berdebu ataukah mereka punya kebiasaan bermain dengan tanah, salju atau cat.

Namun, satu hal pasti, terdapat kaitan erat antara tingginya kadar timah dalam tubuh anak-anak itu dengan kebiasaan mereka menggigiti kukunya.

Sebanyak 69 persen anak perempuan, dan 62 persen anak laki-laki yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki kebiasaan menggigiti kukunya, atau benda-benda lain seperti pensil. (Kompas Cyber Media, zrp/BBC)

Baca Selengkapnya..

Minggu, 17 Mei 2009

Sales Susu Formula

Beberapa hari ini sales perusahaan-perusahaan susu formula dan makanan bayi sering menelepon ke rumah. Bagus banget cara mereka menyapa kami. Menanyakan kabar Arina, sudah umur berapa, sudah bisa apa, sambil berharap Arina tambah sehat-sehat dan lucu saja. Lalu intinya mereka menanyakan produk susu apa yang diminum Arina sekalian menawarkan produk perusahaan mereka yang mengandung AA, DHA dan seterusnya yang katanya bisa menggantikan air susu ibu (ASI).

Karena Arina, juga Arvy dulu, mendapat ASI selama 2 tahun penuh mengikuti sunnah rasul, maka Bunda Arina hanya menjawab, “terima kasih nich..tapi Arina masih mimik ASI, jadi nggak minum susu formula, maaf ya”. Dasar sales (maksud saya hebatnya sales), mereka masih gigih menawarkan produk dengan pujian segala, “wah bagus bu, memang ASI paling baik..hebat juga nich ibu masih menyusui Arina 17 bulan..tapi bagus juga lho kalo diselingi susu formula, apalagi kalo pas lagi sibuk atau repot banget, trus perlu ditambah juga bu sama makanan pendamping ASI, kami ada bubur bayi dan biskuit bayi, ada banyak rasanya bu..ada rasa kacang hijau, ayam bawang, beras merah dll, boleh dicoba bu..”. Percakapan biasanya diakhiri dengan, “makasih ya mbak, nanti dicoba deh”.

Kalau dipikir-pikir menyebalkan juga perilaku perusahaan-perusahaan susu formula ini. Mereka tahu ASI paling baik buat bayi, dan tidak bisa digantikan oleh susu sapi, susu kedelai dan lainnya. Meski tahu ASI mengandung gizi paling komplit dan terbaik buat perkembangan bayi serta daya tahan bayi, mereka gencar sekali mempromosikan minum susu formula di usia 4 bulan. Untungnya, bidan Ros (RS Sumber Bahagia Depok) selalu memprovokasi dan menyakinkan Bunda Arina paling minim selama 6 bulan Arina harus mendapatkan ASI ekslusif. Bidan Ros bahkan bilang, “ASI adalah hak asasi bayi yang harus diberikan!”. Hebat ya bu bidan ini, jadi pantas memang kalo bidan Ros mendapat prediket Bidan Delima.

Tapi yang paling saya salut adalah keikhlasan dan pilihan Bunda Arina yang mau menyusui Arina dan Arvy selama 2 tahun tanpa henti. I love you full.
Baca Selengkapnya..

Hindari Pengacau Siklus Tidur

Apakah Anda termasuk orang yanq gemar singgah ke kafe untuk minum kopi sepulang bekerja ? Atau, makan terlalu kenyang menjelang tidur ?

Kalau ya, sebaiknya kurangi, kalau mungkin tinggalkan, kesukaan itu. Pasalnya, kedua hal itu termasuk dua dari banyak faktor yang mengganggu siklus tidur Anda. Pengaruh kopi, misalnya, dapat mencapai 10 jam setelah diminum, sehingga peminumnya mengalami sulit tidur dan sering terbangun. Ini pertanda terganggunya siklus tidur.

Akibatnya, selain menyebabkan rasa kantuk di siang hari, gangguan tidur di malam hari juga mengakibatkan sakit kepala, pegal-pegal, lesu, lemah, dan sebagainya. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan otak dan jantung kekurangan oksigen, sehingga terjadi gangguan pada jantung, mengurangi kepandaian serta kekebalan (mudah lupa, pikun, dan sakit). Kekurangan oksigen pada jantung juga dapat menyebabkan mimpi yang menakutkan.

Karenanya, setiap orang membutuhkan siklus tidur yang normal sesuai dengan tingkatan usianya. Siklus tidur di malam hari (ultradian sleep cycle), mestinya ditandai siklus REM (rapid eye movement) dan siklus NREM (non rapid eye movement) yang muncul bergantian antara 90 - 110 menit. Tidur yang baik, memiliki siklus REM tidak lebih dari 25% dari total waktu tidur. REM merupakan batas antara tidur dan terjaga, saat daya ingat dan respon terhadap sinar dan suara masih ada, meskipun tidak sampai terbangun.

Saat REM, mata dan anggota tubuh lainnya tidak istirahat, sehingga tidur tidak nyenyak dan gelisah, mudah terbangun, dan sering bermimpi. Sekitar 80% dari mimpi tersebut dapat diingat sampai ke detil-detilnya. Denyut jantung dan pernapasan tidak teratur. Makanya ketika terbangun, akan terasa sakit kepala, mata lelah, pegal-pegal di otot leher, bahu, dada, dan sendi-sendi, serta mengantuk di siang hari.

Sementara pada siklus tidur NREM, terjadi tidur yang begitu nyenyak, sehingga nyaris tidak mengingat apapun, termasuk mimpi. Ada empat tingkat kenyenyakan pada siklus NREM. Tingkat 1 dan tingkat 2 merupakan tahap kenyenyakan yang paling banyak dialami orang (50 - 60%).

Sedangkan pada tingkat kenyenyakan 3 dan 4, tubuh menunjukan keadaan istirahat maksimal (metabolisme, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan menurun) disertai sekresi hormon pertumbuhan dan hormon-honmon lain yang sangat penting dalam proses pemulihan, karena merangsang pertumbuhan sel-sel baru di seluruh tubuh menggantikan sel-sel rusak dan mati. Pikiran pun jadi cerah, tubuh segar dan berenergi, karena tidur nyenyak tanpa gangguan.

Anak-anak mengalami siklus tidur NREM tingkat 3 dan 4 lebih lama dan akan berkurang dengan bertambahnya usia. Di usia lanjut, siklus tidur NREM umumnya hanya sampai tingkat 1 dan 2 sehingga mudah terbangun dan mudah tertidur.

Nah, untuk kita yang masuk golongan usia pnoduktif, sebaiknya tidak mengacaukan siklus tidur normal itu dengan gaya hidup yang kurang tepat.

dr. H.M.Hadat Sp.A

Baca Selengkapnya..

Seluk Beluk Hepatitis B

Tidak banyak yang tahu, bahwa virus hepatitis bisa lebih berbahaya ketimbang virus HIV. Pasalnya, virus hepatitis B dapat menginfeksi 50 sampai 100 kali lebih besar daripada HIV. Dari 7 jenis virus hepatitis, yaitu hepatitis A, B, C, D, E, F, dan G, virus hepatitis B dan C adalah jenis virus yang paling berbahaya, sebab dapat berkembang menjadi kanker hati.

Hepatitis B adalah infeksi menular yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh virus HBV. Virus ini hanya dapat menular melalui kontak darah atau cairan tubuh lainnya dengan orang yang terinfeksi, seperti: transfusi darah, penggunaan jarum suntik khususnya untuk pengguna narkoba suntik, kontak seksual, penggunaan peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi, proses kelahiran dan kehamilan dari ibu yang terinfeksi, dan sebagainya.

Sebaliknya, virus ini tidak bisa menular melalui sentuhan atau kontak biasa, dan tidak menyebar dari makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Gejala-gejala. Jika tubuh kita terinfeksi HBV, ada beberapa gejala yang menandainya, yaitu:
• Warna kulit menjadi lebih kuning (jaundice/sakit kuning)
• Warna urine menjadi lebih gelap
• Mudah lelah atau seringkali merasa lelah yang teramat sangat
• Mual
• Muntah
• Sakit di bagian perut.

Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan setahun untuk bisa sembuh dari gejala-gejala itu. Dan jika tidak segera ditangani, HBV bisa menyebabkan infeksi hati yang kronis, yang kemudian dapat berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati. Jika sudah pada tahap sirosis, dapat menyebabkan kematian pada penderitanya.

Bahaya pada anak. Kapan infeksi virus hepatitis B menjadi kronis tergantung pada usia berapa seseorang terinfeksi. Jika seseorang terinfeksi ketika masa kanak-kanak, maka akan lebih besar kemungkinan infeksi itu berkembang menjadi infeksi yang lebih kronis.

Sekitar 90 persen bayi yang terinfeksi virus ini pada tahun pertama, akan berkembang menjadi infeksi kronis. Sementara pada anak-anak yang terinfeksi pada usia antara satu sampai empat tahun, sekitar 30 sampai 50 persennya akan berkembang menjadi infeksi kronis. Dan sekitar 25 persen orang dewasa meninggal karena kanker hati, dimana ia terinfeksi HBV sejak masa kanak-kanaknya. Namun, sekitar 90 persen orang dewasa sehat yang baru terinfeksi HBV dapat sembuh dan virus bisa hilang dalam jangka waktu enam bulan.

Imunisasi itu penting! Itulah sebabnya, mengapa imunisasi vaksin hepatitis B sangat diperlukan sejak kecil, untuk menghindari anak terkena virus hepatitis B. Dan vaksinasi harus diberikan tiga sampai empat dosis, sesuai dengan jadwal imunisasi rutin.

Jika rangkaian vaksin hepatitis sudah diberikan secara lengkap, maka sekitar 95 persen antibodi pada bayi, anak-anak, dan dewasa muda, dapat melindungi tubuh dari virus HBV. Setelah usia 40 tahun, perlindungan dari vaksin tersebut turun menjadi sekitar 90 persennya.

Adakah obatnya? Kini penderita hepatitis B sudah bisa sedikit bernapas lega. Obat untuk mengobati penyakit ini sudah ditemukan. Ada empat jenis obat yang bisa digunakan, yaitu lamivudin, adefovir, entecavir, atau peginterferon alfa-2a, yang bisa dikonsumsi dengan cara ditelan (oral) atau injeksi.

Namun penggunaan obat-obatan tersebut masih juga ada kekurangannya. Selain efek samping yang mungkin terjadi, penggunaan obat-obatan hepatitis B harus dilakukan secara rutin dan tidak boleh putus hingga pasien sembuh. Kalau tidak, maka tubuh akan kebal terhadap obat, dan resisten. Selain itu, harga obat-obatan itu masih cenderung mahal di Indonesia. Harganya bisa sekitar Rp. 2 juta untuk sekali minum/suntik.

Jadi, lebih baik mencegah daripada mengobati bukan?

Angela Wika C.K – Redaksi Ayahbunda-Online

Baca Selengkapnya..
 

Featured